Pasalnya sudah banyak berita yang memprediksi mengenai adanya tanda resisi ekonomi global. Kali ini resisi ekonomi menjadi hal yang menyeramkan bagi seluruh negara di dunia. Ekonomi dunia saat ini terlihat baik selepas pandemi Covid-19 mereda. Namun melihat perkembangan perdagangan global yang mengkhawatirkan.

Membuat untuk semakin sadar jika jurang krisis serta resisi ada di depan mata. Diketahui pada tahun 2020 lalu dunia mengalami resisi akibat pandemi Covid-19 yang menyebabkan berkurangnya lapangan pekerjaan. Semakin terasa nyata karena adanya beberapa tanda-tanda yang terjadi, seperti kenaikan suku bunga acuan secara agresif.

Hal tersebut dilakukan oleh bank sentral di berbagai negara dengan upaya mampu meredam laju inflasi. Karena adanya tanda resisi ekonomi global, kepercayaan masyarakat dunia terhadap perekonomian dunia mulai menurun. Gambaran ekonomi dunia terlihatnya makin suram dari hari ke hari di tengah kepastian resisi yang akan terjadi.

Penyebab dan Tanda Resisi Ekonomi Global

Resisi ekonomi global merupakan keadaan dimana aktivitas perniagaan suatu negara mengalami penurunan secara signifikan dalam jangka waktu yang lama. Adanya penurunan Produk Domestik Bruto (PDB), meningkatnya pengangguran, serta turunnya kepercayaan konsumen.

Hal tersebut menjadi tanda resisi ekonomi global yang dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas perniagaan seperti lapangan kerja, investasi, serta keuntungan pada perusahaan. Ketahui beberapa hal yang menjadi penyebabnya:

  1. Pandemi Covid-19

    Pasalnya pandemi Covid-19 memang sudah mereda serta banyak negara yang telah membebaskan warganya untuk bisa beraktivitas kembali seperti biasa. Hal tersebut membuat aktivitas perdagangan global menurun tajam. Masing-masing dari negara lebih fokus merespon Covid-19 serta memberlakukan pembatasan aktivitas, termasuk aktivitas perdagangan lainnya.

    Sehingga mengakibatkan pertumbuhan perniagaan global juga mengalami kontraksi. Pada waktu bersamaan, banyak negara yang melindungi pangan dari wabah Covid-19 yang berkepanjangan dan telah menaikkan harga pangan karena pasokan tidak tercukupi. Pasalnya Indonesia juga mengalami resisi ekonomi di penghujung tahun 2020 akibat wabah tersebut.

  2. Perang dan Inflasi

    Saat ekonomi global belum pulih karena pandemic Covid-19, tanda resisi ekonomi global selanjutnya perang Rusia dan Ukraina pecah. Perang tersebut telah menghancurkan Produk Domestik Bruto (PDB) global. Adanya perang tersebut mengganggu rantai pasokan global, memicu krisis, terutama pada sektor pangan serta energi.

    Berpengaruh mempercepat inflasi menjadi faktor utama di balik perkiraan adanya resisi global. Adanya pemotongan pajak besar-besaran untuk mengkompensasi potensi pendapatan yang hilang dari pemotongan hingga memutuskan berutang. Pasalnya, bank sentral telah menaikkan suku bunga yang kemudian mendorong investor seluruh dunia menjual obligasi Inggris.

    Bank of England (BOE) melakukan intervensi darurat untuk membeli obligasi Inggris untuk memulihkan ketertiban di pasar keuangan. Hingga efek riak dari gejolak Trussonomics menyebar menjauh melampau kantor pedangan obligasi.

  3. Kuatnya Dolar Amerika Serikat

    Tanda resisi ekonomi global berikut Dolar AS memainkan peran besar dalam ekonomi global serta keuangan internasional. Hingga mata uang tersebut lebih kuat dari dua decade sebelumnya. Kekuatan mata uang nomor satu dunia ini pada akhirnya bisa melemahkan nilai mata uang lainnya.

    Hal ini menyebabkan impor semakin mahal. Selain itu, saat bank sentral melakukan kenaikan suku bunga. Membuat dolar lebih menarik bagi investor si seluruh penjuru dunia. Pada akhirnya membuat dana investasi berpindah menuju Negeri Paman Sam dari negara lain di dunia.

  4. Macetnya Mesin Ekonomi AS

    Sebagai ekonomi terbesar dunia, kondisi perekonomian AS menjadi pertimbangan penting untuk negara-negara yang lain. Sebab menjadi penggerak ekonomi nomor satu negara itu mulai terhenti. Karena kondumen di negara itu perlahan mengurangi belanjanya akibat inflasi.

    Selanjutnya nantinya akan berdampak pada negara yang telah mengekspor produknya ke AS. Pasalnya, AS juga merupakan importer terbesar dunia bagi Indonesia yang merupakan negara adidaya menjadi mitra dagang besar.

  5. Pasar Saham Memburuk

    Dalangnya adalah langkah dari The Fed yang menaikkan suku bunga sehingga mampu mengganggu pasar. Sehingga pasar obligasi juga mengalami gangguan karena inflasi dan kenaikan tajam suku bunga oleh bank sentral. Imbas dari hasil obligasi Eropa juga melonjak disebabkan bank sentral mengikuti jejak The Fed dalam menaikkan suku bunga. Hal tersebut dilakukan untuk menopang mata uang mereka sendiri.

  6. Penurunan Permintaan Global

    Tanda resisi ekonomi global lainnya banyak perusahaan di banyak negara pada akhirnya mulai mengurangi hasil produksinya karena permintaan global mengalami penurunan. Hal tersebut menunjukkan adanya kelemahan ekonomi. Sehingga menyebabkan pertumbuhan perdagangan secara global akan berkontraksi. Menjadi dampak banyak bidang usaha yang kurang menguntungkan untuk memangkas biaya operasionalnya.

    Kemudian terjadi adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran. Tentunya membuat angka pengangguran meningkat, dimana dalam resisi pekerja masih harus terus memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, pekerja yang belum di PHK juga akan terancam dengan pemotongan upah dan hak kerja lainnya.

Jika tanda resisi ekonomi global tidak dapat segera diatasi, maka resisi akan berlangsung cukup lama, sehingga menjadi depresi yang akan berujung kebangkrutan serta keruntuhan perniagaan.